June 3, 2010

AREMANIA TUNGGAL IKA

Tags

Empat hari ini kota Malang diwarnai euforia kemenangan AREMA INDONESIA yang telah sukses menjuarai Indonesian Super League 2010. Bentuk euforia ini ditandai dengan konvoi yang tak henti-hentinya di sepanjang jalanan Malang Raya. Puncaknya pada hari ini (02/06/2010). Sejak pagi hingga jam 24.00 jalanan kota Malang masih ramai dipadati para Aremania yang berkonvoi merayakan kemenangan Arema Indonesia.

Di sisi lain, banyak juga yang merasa terganggu dengan adanya konvoi ini. Lalu lintas jadi macet, bahkan para sopir angkutan kota pun enggan mengoperasikan angkutannya. Terbukti, hari ini istriku sukses berangkat dan pulang kerja jalan kaki karena tidak ada angkot yang lewat, padahal jarak rumah ke kantornya ± 5 KM. Hiks.. kasian dia, sementara aku nggak bisa ngantar karena lagi ada tugas ke luar kota.

Apa yang anda pikirkan ketika mendengar kata Kota Malang? Pasti pikiran anda akan tertuju pada Bakso Malang, Apel Malang, Tempe Malang, dan yang pasti Arek Malang (Arema). Hampir di seluruh wilayah Indonesia, anda akan menemui warung bakso Malang.

Kembali ke masalah Arema, sebenarnya apa sih yang hebat dari Arema? Kalau menurutku, Arema sebagai tim sepak bola tidaklah hebat-hebat banget. Yang hebat adalah Arema sebagai sebuah simbol telah sukses menasbihkan dirinya tidak kemana-mana namun ada di mana-mana. Para supporter arema yang disebut Aremania telah berhasil menjaga solidaritas, kekompakan, keunikan, kepolosan, kelugasan, dan kreatifitas untuk membangun nama Arema.

Ketika anda berkunjung ke berbagai wilayah di Indonesia, saya yakin anda akan menemui komunitas Aremania. Mereka bangga dengan sebutan sebagai Aremania, dengan logat bahasa jawa yang lugas dan terkadang dibolak balik, adalah ciri yang tak terpisahkan dari Aremania. Dengan gaya itulah mereka membangun brand image Aremania. Sesama Arema, mereka juga kompak, solid, dan saling bahu membahu dalam setiap menghadapi masalah.

Jika anda bisa menengok jauh ke belakang, sekitar akhir 80’an, saat itu di kota Malang belum ada Arema. Kondisi remajanya mengalami degradasi moral yang parah. Hampir tiap hari di sudut-sudut kota terjadi tawuran antar sekolah, kampung, atau geng. Stasiun adalah tempat favorit untuk tawuran.

Tiap kampung mempunyai sebutan sendiri-sendiri. Ada Arpanesse (arek Jodipanesse) untuk sebutan anak-anak dari kampung Jodipan, Arkot (Arek Kotalama) untuk anak-anak kampung Kotalama, Arek Kidul Pasar, Arek Kasin, Arek Sukun, dan entah apalagi. Hanya itu saja yang masih teringat di kepala. Masalah sepele seringkali menjadi besar dan berujung tawuran. Kemunculan tim sepakbola Arema tahun 1987, saat itu masih belum begitu berpengaruh pada kehidupan bermasyarakat kota Malang, khususnya kaum muda yang masih sering tawuran.


Namun, ketika Arema mengikuti Galatama XII tahun 1992, semangat kebersamaan itu muncul. Setiap kali pertandingan Arema, seluruh geng, warga malang, seolah melupakan permusuhan diantara mereka. Mereka larut dalam dukungannya kepada Arema untuk selalu menang dalam setiap pertandingan. Para ketua geng malah menjadi kordinator penjualan tiket pertandingan Arema. Melalui penjualan tiket pertandingan, para ketua geng saling berkoordinasi untuk tetap tertib dan menjaga anggotanya selama pertandingan berlangsung hingga usai. Semua geng berkumpul jadi satu dalam sebuah stadion, tujuannya hanya satu, dukung Arema. Mereka lupa pernah tawuran, mereka lupa pernah saling menghajar satu sama lain, yang ada hanya “Ayo Arema, sore ini kamu harus menang…” dan, Arema sukses menjuarai Galatama XII tahun 1992.

Atas kemenangan ini, para suporter menyadari, bahwa tawuran antar geng dan kampung tidak banyak berguna. Justru kebersamaan mereka telah membuat tim Arema bisa menjuarai liga sepakbola terbesar saat itu. Sejak saat itu, di setiap kampung yang dulunya saling bermusuhan dengan kampung lain, mulai saling bersahabat dan saling berkoordinasi untuk membuat atraksi spektakuler saat menonton pertandingan Arema. Kebiasaan ini terus berlangsung hingga saat ini, telah menjadi sebuah budaya baru, yaitu Budaya Cinta Arema yang disebut AREMANIA.

Aremania tidak pernah peduli siapapun pemain Arema. Yang mereka tahu hanyalah, mereka warga Malang, maka wajib hukumnya mendukung Arema. Kalah menang tidak masalah… yang penting tetap mendukung dan mencintai AREMA. Semangat ini terbukti dapat menyatukan warga Malang dalam satu kesatuan AREMA TUNGGAL IKA. AREMA tidak kemana-mana, tapi ada di mana-mana.







Bagikan/Simpan/Bookmarks

Artikel Terkait