Saya teringat 7 tahun yang lalu, sekitar pertengahan tahun 2007. Ketika itu media sosial Facebook belum se-semarak sekarang, dan kata "galau" belum begitu populer. Saya pun mungkin masih tergolong newbie dalam dunia Netizen. Saat itu saya baru belajar nge-blog (kini sudah mulai jarang coret-coret di blog). Seperti halnya anak kecil yang baru mendapat mainan baru, saya lebih banyak menghabiskan waktu mengutak-atik design blog. Ada kepuasan sendiri saat bisa memodifikasi blog sesuai keinginan.
Di sisi lain, saya juga aktif di dunia sosial media, seperti Yahoo Answer, Twitter, dan juga Facebook. Hampir setiap ada kesempatan, saya update status. Berbagai grup di facebook saya buat. Saya ingat pernah bikin grup insomnia, sahur bersama facebook, grup alumni kampus, SMA, bahkan grup penggemar film kartun juga pernah saya buat. Senang juga bisa berinteraksi dengan orang-orang baru dan berbagi ide dan pemikiran.
Di tahun 2009 pun saya turut aktif mengkampanyekan Pemilu dan Audit Dana Pemilu. Beberapa tulisan di blog saya yang satunya banyak mengulas tentang misi pentingnya audit dana kampanye, dan pelaksanaan good coorporate governance.
Seperti yang saya bilang tadi, saat itu Facebook belum sepopuler kata galau. Grup saya sepi. Blog saya juga sepi. Entah karena kurang promosi atau karena memang relasi saya yang belum mengenal dunia yang saya sedang jalani. #miris.
Seiring berjalannya waktu, tips tentang internet marketing bermunculan. Buku-buku atau bahkan seminar cara memanfaatkan facebook/media sosial sebagai media pemasaran menjamur dan laris bak kacang goreng. Dukungan Handheld/smartphone yang semakin canggih menambah opsi lain untuk tetap eksis di dunia maya.
Hasilnya?
Kini bangsa Indonesia menduduki peringkat pertama sebagai pecandu internet khususnya media sosial, dan lebih khusus lagi Facebook. Grup/fanpage jual beli online banyak bermunculan. Banyak juga korban penipuan.
Grup komunitas juga berlomba menjaring anggota via jejaring sosial. Bahkan, promo lapak jual beli pun merambah sosial messenger semacam BBM - Whatsapp - Line dan sejenisnya berkat adanya fasilitas Broadcast Messege.
Saking gencarnya, sempat membuat saya kesal. Hampir setiap jam aplikasi messenger saya berdering karena adanya BC dari salah satu kontak di hape saya. Pesannya pun tak pendek. Mungkin setara 1 halaman folio yg diketik dengan jarak 1 spasi.
Terus terang, kondisi menerima pesan ini cukup dilematis. Antara membuka hape atau tidak. Kalau gak dibuka, kuatir sebuah pesan dari relasi penting. Setelah dibuka ternyata isinya pesan sampah.
Ini yang membuat saya kesal. Jika kontak tersebut tidak dihapus, saya akan terus merasa terganggu dengan pesan sampah yang nylonong tanpa permisi. Apabila kontak tersebut saya hapus, kuatirnya saya dikira tidak mau lagi berhubungan dengannya. Huft .. #Tragis.