May 26, 2012

Bangga berbahasa Indonesia

Tags

Pernah suatu kali saya berdiskusi dengan seorang teman, sesama praktisi di sebuah Kantor Akuntan. Beliau mengeluhkan tentang rendahnya pemahaman komprehensif mahasiswanya terhadap materi Akuntansi. Diskusi kami menjadi panjang mencari penyebab permasalahan. Mulai kurang kompetennya pengajar, literatur, fasilitas, praktikum, hingga mengerucut ke masalah bahasa pengantar yang digunakan dalam proses belajar mengajar.

Saya beranggapan, inilah kendala utama yang di hadapi siswa/mahasiswa dalam mempelajari sesuatu. Pengantar Bahasa Inggris yang digunakan dalam mata kuliah akuntansi (atau mata kuliah lain) di beberapa universitas negeri ini disadari atau tidak menjadi salah satu sebab kurangnya pemahaman materi yang disampaikan. Pengantar dan atau literatur Bahasa Inggris memang  bagus untuk melatih kebiasaan siswa/mahasiswa. Apalagi di era globalisasi seperti sekarang, kemampuan Bahasa Inggris sangat mutlak diperlukan untuk berkomunikasi ataupun mempelajari ilmu pengetahuan.Akan tetapi, sebuah mata kuliah/pelajaran, yang modul, literatur, dan penyampaiannya dalam bahasa asing akan menjadi kendala tersendiri bagi audience maupun tentor.Ada beberapa alasan yang mendasari anggapan saya tersebut :

  • Siswa/Mahasiswa sebagai peserta didik tidak sepenuhnya menguasai bahasa asing/Inggris, sehingga apa yang disampaikan oleh pemateri hanya bisa dimengerti -syukur syukur - setengahnya saja. Apa akibatnya bila informasi yang diperoleh tidak utuh? Yup, bisa menimbulkan fitnah.. hehehehe, alias menyesatkan.Tentu sangat berbeda jika materi/literatur yg digunakan menggunakan bahasa ibu/Indonesia, apalagi disampaikan secara lugas, jelas, dan tepat.
  • Literatur yang tidak menggunakan Bahasa Indonesia akan sangat membebani siswa/mahasiswa dalam memahami materi karena diperlukan proses yang lebih panjang untuk bisa dimengerti. 
  1. Proses terjemahan materi. Proses ini cukup menguras energi, meski menggunakan aplikasi penerjemah sekalipun. 
  2. Proses pemahaman materi. Proses ini akan berjalan baik jika hasil terjemahan sesuai dengan maksud dari penulis buku, sehingga pesan keilmuan yang ingin disampaikan bisa tepat sasaran. Nah, apa jadinya bila hasil terjemahan tidak sesuai dengan maksud yang tersurat maupun tersirat???
Saya tidak habis pikir ketika pemerintah membuat sekolah yang katanya berstandar internasional (RSBI/SBI). Sekolah tersebut menjadi eksklusif karena fasilitas, sarana, dan prasarananya.Pengantar proses pembelajaran dalam RSBI menggunakan Bahasa Inggris. Kelas multimedia yang komplit dan canggih, serta beragam fasilitas lainnya. Tetapi, yang jadi masalah adalah biaya yang mengikuti fasilitas yang diberikan. Artinya, RSBI/SBI menjadi eksklusif bagi yang tidak mampu membayar. Dan itu dilakukan oleh Sekolah Negeri (Pemerintah). Bukankah eksklusifitas dalam dunia pendidikan hanya di bidang prestasi dan bukan materi/harta?

Saya tidak anti Bahasa Inggris.. saya sangat menyadari pentingnya bahasa internasional tersebut. Tetapi saya lebih suka belajar dengan bahasa yang saya mengerti. Dan saya bangga berbahasa Indonesia, kalau bukan saya, anda, dan kita semua yang membanggakan bahasa Indonesia, lalu siapa?

Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mengajarkan bagaimana cara kita belajar untuk mempelajari sesuatu yang lebih tinggi lagi. Pendidikan yang bisa menumbuhkan rasa ingin tahu, hingga kita terpacu untuk terus belajar, belajar, dan belajar lagi. Gak penting bahasa yang dipakai apa... yang penting kita bisa mengerti ilmu yang akan dipelajari.










Bagikan/Simpan/Bookmarks


Artikel Terkait