February 17, 2009

SUKSES TANPA SEKOLAH

Tags

Ini adalah kisah seseorang yang sangat sukses dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Bukan karena dia bergelar sarjana atau professor. Dia bahkan SD saja tidak tamat. Inilah bukti yang tak terbantahkan bahwa sistem pendidikan kita hanya mengajarkan bagaimana cara mencari pekerjaan, bukan bagaimana cara menghadapi kehidupan.



Anak kecil itu berlari-lari pulang ke rumahnya. Tangannya yang mungil memegang sepucuk surat dari guru sekolahnya. Di ambang pintu rumah ia berteriak, "Mama, Mama, ada surat dari Pak Guru". Ibunya, Nancy Elliot, mantan guru, menyambut anak bungsu dari tujuh bersaudara itu dengan ciuman dan pelukan penuh kasih sayang.

"Coba Mama lihat," ujarnya seraya membuka amplop surat dengan hati-hati. Tangannya gemetar saat matanya menelusuri kata demi kata yang terpampang jelas di hadapannya: "Anak ini terlalu bodoh untuk dididik. Kami mengembalikannya pada Anda. Mulai besok, ia tak perlu datang ke sekolah lagi."

"Ma, mengapa Mama menangis?" tanya si anak, penuh keluguan. Dengan cucuran air mata sang ibu meraih tubuh kecil itu, memeluknya sambil berkata, "Thomas, I educate you my self."



Waktu itu, si anak berusia 7 tahun, dan baru tiga bulan mengecap pendidikan formal di sekolah. Dan ia memang tak pernah masuk sekolah lagi. Ketika usianya 12 tahun, anak yang dipanggil Thomas itu menjadi penjual kue, koran, kacang, dan permen di kereta api. la pernah ditampar kondektur, sehingga pendengarannya (telinga) rusak dan dilarang bekerja di kereta api.

Sungguh sulit dibayangkan bahwa anak yang "terlalu bodoh", drop-out Sekolah Dasar, dan sempat menjadi pedagang asongan itu, kemudian mencantumkan namanya dalam deretan ilmuwan paling terkemuka di muka bumi. Tidak kurang dari 3.000 penemuan dicatat atas namanya, atau atas nama orang-orang yang bekerja dengannya.

Dialah Thomas Alva Edison. Penemuan-penemuan seperti laboratorium riset untuk industri, stasiun tenaga listrik, sistem distribusi Listrik, fonograf (kemudian dikembangkan menjadi taperecorder), kinetograf (kamera film), kinetoskop (proyektor film), lokomotif listrik, mikrofon dan pengeras suara, adalah beberapa contoh yang selalu dikaitkan dengan nama Edison. Apakah Edison menjadi cerdas secara ajaib, sehingga ia menjadi tokoh yang berhasil? Ternyata tidak.

Meskipun ia sangat gemar membaca, dan memiliki kemampuan yang luar biasa dalam berkonsentrasi sedemikian rupa, sehingga melupakan semua hal di luar subyek yang sedang diselidikinya, Edison juga seorahg pelupa berat. Mungkin sulit dipercaya ketika suatu hari, saat masih asyik memusatkan pikirannya untuk memecahkan sebuah masalah ilmiah, Edison pergi ke kas negara untuk membayar pajak. la harus berdiri cukup lama, sebelum akhirnya mendapat giliran. Dan ketika gilirannya tiba, ia lupa narnanya sendiri. Salah seorang tetangga, setelah mengetahui betapa ia kebingungan, mengingatkan bahwa namanya adalah Thomas Alva Edison.

Masih ada cerita lain yang tak kalah menarik. Suatu pagi, setelah semalam suntuk bekerja di laboratorium, Edison menantikan sarapannya. Mungkin karena terlalu lelah, ia tertidur di meja makan. Salah seorang asistennya, yang baru saja selesai makan ham dan telur, ingin mempermainkan dirinya. Ia meletakkan piring-piring dan cangkir kosong di meja Edison. Beberapa menit kemudian, Edison bangun, mengusap matanya dan melihat piring dan cangkir kosong. Ia berpikir sebentar, lalu menyimpulkan bahwa tentunya ia sudah sarapan sebelum tertidur. la lalu menjauhkan diri dari meja makan dan mulai bekerja lagi. Thomas Edison tak akan pernah tahu duduk perkara yang sebenarnya, jika asistenasistennya tidak tertawa terbahak-bahak.

Jadi, Thomas Alva Edison bukanlah seorang jenius dalam arti yang dibayangkan banyak orang. Namun terbukti bahwa ia sukses luar biasa. Dalam usia belasan tahun, ia dapat membuat beberapa peralatan mesin cetak telegrafis yang dijualnya seharga US$40.000. Pada usia 25 tahun, ia mendirikan laboratorium riset untuk industri. Dalam waktu 13 bulan, ia mencatatkan 400 macam penemuan.

Saya kira Edison benar, ketika ia mengatakan bahwa orang bisa berhasil bila memiliki 1 % inspirasi (ide yang hebat) dan 99% perspirasi (keringat alias kerja keras). Sayang, saya tak pernah berhasil menemukan, berapa harga keringat seorang Edison, yang meninggal di West Orange, New York, 18 Oktober 1931, dalam usia 84 tahun. Anda tahu?


Dengan memasukkan email Anda, berarti setuju untuk selalu mengupdate artikel terbaru dari uziek. Masukkan Alamat Email Anda :

Dikirim oleh: Mbah Google



Profil Facebook Fauzi Ghazali

Artikel Terkait