Bagi sebagian masyarakat Madura, Hadrah sering dipergunakan sebagai pengiring dalam acara pernikahan. Seni budaya yang bernafaskan Islam ini, sebenarnya sudah lama ada dan berkembang ditengah-tengah masyarakat.
Awalnya, kesenian yang bernafaskan Islam ini bertujuan untuk membangunkan kaum muslimin bersantap sahur pada bulan ramadhan, serta dimainkan dalam acara walimatul urs sebagai pertanda diberlangsungkannya pernikahan. Kini, seni hadrah menjadi salah satu media dakwah melalui iringan musik, tari, dan syair lagu yang dapat menghibur pemirsanya.
Kesenian Hadrah ini, biasanya dimainkan oleh 23 sampai 45 orang. Terdiri dari, seorang pemfidha' (penyanyi), pemukul hadrah sayap kanan dan kiri, serta as tengah yang berfungsi untuk memulai rudhad (menari) dan ngedrad (tepuk tangan). Sedangkan yang lainnya, diposisikan sebagai perudhad (penari) mengiringi lantunan lagu dan musik yang dimainkan.
Dalam rangka mengikuti perkembangan jaman, seni hadrah pun mengalami perubahan. Alat musik yang hanya berupa rebana dan bedug (jidor) rupanya tidak mampu menggugah minat generasi muda jaman sekarang. Alat musik lain mulai dikombinasikan seperti ketipung, gendang, electone, bahkan gitar dan drum. Sehingga lahirlah kesenian Hadrah Modern.
Perkembangan saat ini, selain digelar dalam acara Maulid Nabi Muhammad SAW dan pernikahan, kesenian ini juga mulai ditampilkan disetiap acara-acara hari besar nasional dan hari besar Islam yang lain. Malah, sering kali dalam acara khitanan dan walimatul haji, bahkan peringatan kemerdekaan, kesenian Hadrah ini selalu ditampilkan.
Seperti apa bentuk kesenian ini? Silahkan simak beberapa lagu hadrah berikut ini :
November 13, 2011
Hadrah - Sebuah Seni Budaya dari Madura
Diterbitkan November 13, 2011