Tulus kata lainnya adalah ikhlas… tanpa pamrih. Sebuah kata yang singkat, namun syarat makna dan sangat sulit di temui dalam kehidupan ke kinian.
Aku teringat ketika salah seorang kawan pada saat pemilu legislatif kemarin dia mencalonkan diri. Begitu susahnya mencari dukungan dari relasi, teman, sahabat, bahkan dari keluarga sendiri. Setiap kali ingin mencari dukungan, selalu ditanya punya uang berapa untuk beli suara. Atau pura-pura sibuk gak bisa menemuinya, dan banyak alasan lain untuk menolak kedatangannya. Bahkan tidak sedikit yang mentertawakannya mencibir, mencemooh, dan lain-lain ketika dia mencari dukungan.
Andai tidak didukung suara, dia hanya berharap dukungan do’a dan moril. Itu saja. Tak lebih, tak kurang.
Namun, nasib berkata lain. Dia berhasil menjadi seorang wakil rakyat di daerahnya. Saat resmi diumumkan, berduyun-duyun orang bertamu ke rumahnya. Dulu yang menertawakannya, mencemoohnya, mencibirnya turut hadir. Sekedar memberikan selamat, atau bahkan mengklaim perolehan suaranya atas bantuan si pengunjung. Sebuah basa-basi yang bener-bener basi. Sandiwara kehidupan sedang digelar.. nyata tanpa rekayasa.
Hari ini aku juga mengalaminya. Tak sengaja aku bertemu teman lama saat OL di Facebook. Aku coba berkomunikasi dengannya. Mungkin dia masih ingat sama aku. Dan ternyata memang masih ingat. Obrolan berlanjut, ketika dia menanyakan pekerjaanku, aku jawab seadanya... jujur, tanpa rekayasa. : ”... kadang kerja.. kadang juga menganngur....”
Dia tidak merespon... tidak menanggapi.... bahkan ketika aku buzzz.. juga tidak dijawab. Aku tahu dia masih online... kenapa? Mungkin dia lagi sibuk, pikirku. Satu jam berikutnya aku masih menunggu... dia masih online...dan tetap tidak menjawab. Sementara status FB nya terus update.
Aku kecewa. Aku yang tak punya pekerjaan tetap merasa tidak dibutuhkan.. hanya akan menjadi beban bagi setiap teman yang dekat denganku. Pantang bagiku menjadi beban bagi orang lain meski keadaanku begini. Aku hanya ingin menyapanya.. agar hubungan persahabatan ini terjalin kembali. Tidak lebih. Bukankah menjalin silaturahmi akan memperpanjang umur kita? Hanya ini landasanku mencari dan menjalin persahabatan dengan siapapun.
Aku memang tidak punya pekerjaan tetap. Aku yakin... Tuhan tidak memberikan pekerjaan, tapi Rezeki.
Ini juga merupakan bukti tak terbantahkan bahwa KETULUSAN di muka bumi makin langka.