June 25, 2012

The Show Must Go On

Tags
Justru karena masa depan itu tidak pasti, kita bisa mengubahnya mulai hari ini

Kawan... Aku selalu mengingat kata-katamu ini. Mungkin sudah 15 tahun yang lalu kamu mengucapkannya untukku, Kala itu, di kamar kosmu ... dengan pede dan gaya khasmu, bak seorang pastur di balik bilik pengakuan dosa... mantab, meyakinkan, tanpa sedikitpun grogi menyelimuti raut wajahmu .. . Dan akupun mengangguk-angguk penuh takzim menyimak kata-kata hebatmu.

Kini, baru ku sadar, kata-katamu itu adalah teori relativitas waktu yang telah jauh lebih lama diungkapkan oleh Albert Einstein.. hahahahaha...

Terkadang kita selalu diselimuti oleh kecemasan-kecemasan tentang masa depan yang terbangun dari proses pendidikan yang berkolaborasi sinergis dengan pengalaman hidup..Padahal agama yang kita yakini mengajarkan bahwa hidup, mati, jodoh, dan rejeki adalah hak prerogatif Tuhan. Dan itu telah ditetapkan-Nya jauh sebelum kita menghembuskan nafas pertama di dunia ini.

Rasa cemas, was-was, panik dan segala kekhatiran terhadap suatu kondisi merupakan hal yang wajar.Dan tingkatan rasa cemas ini berbanding lurus dengan tingkat pendidikan dan pengalaman seseorang. Semakin kita tahu banyak hal, semakin tinggi rasa cemas yang dirasakan.

Sebagai ilustrasi, anda seorang yang pernah mengenyam pendidikan di bidang Matematika. Suatu saat, ketika anda memeriksa PR matematika milik putra anda, anda melihat bahwa putra anda mengalami kesulitan. Sebelum anda membantunya.. anda akan mencari akar permasalahan yang dihadapi putra anda, anda bertanya ini itu terhadap putra anda. Hingga pada titik tertentu, anda memperoleh kesimpulan bahwa metode pembelajaran di sekolah tempat anak anda belajar belum sesuai dengan kaidah pembelajaran matematika yang seharusnya. Anda cemas, anda stress, dan terus memikirkan agar hal-hal yang ideal (menurut anda) dan seharusnya diterapkan bisa terlaksana di sekolah tersebut.


Anda ahli di bidang kesehatan, maka anda akan cemas dengan kondisi kesehatan anda dan lingkungan anda. Anda ahli psikologi, maka anda akan cemas dengan kondisi psikologi lingkungan sekitar anda..Anda ahli hukum, maka anda akan cemas dengan praktek hukum di wilayah anda..dan seterusnya. Artinya, anda dibuat cemas oleh apa yang anda ketahui dari pendidikan anda.

Ketika kecemasan menjadi kenyataan, bahkan di luar yang terprediksikan oleh anda... anda akan tersenyum mendapati fakta tak terbantahkan dari apa yang telah anda pelajari. "Apa gue bilang???" mungkin begitu anda berkata dalam hati. Anda menyadari kebenaran dari semua materi pembelajaran yang anda terima tidak sia-sia. Dan anda bisa berdiri dengan tegak, menatap mantab penuh keyakinan.

Namun, saat kecemasan anda terjadi pada orang-orang terdekat anda... dan kecemasan itu terjadi persis seperti yang anda perkirakan, masih bisakah anda berdiri tegak dan menatap mantab penuh keyakinan? mungkin iya. Tapi pasti ada sedikit (atau banyak) penyesalan kenapa orang-orang tersayang tersebut tidak bisa anda tolong. Anda sedih. Meski anda telah berkali-kali mengingatkan tentang kecemasan anda.. tapi nasi telah menjadi bubur.

Sejarah telah menuliskan bagaimana orang-orang tersayang Nabi Nuh tidak mau mendengarkan tentang kebenaran yang disampaikan olehnya. Dan Nabi Nuh pun hanya bisa menatap sedih tatkala melihat keluarganya tenggelam oleh banjir besar seperti yang telah Nabi Nuh cemaskan sebelumnya.
“Nuh berdoa: ‘Ya Tuhanku, tolonglah aku, karena mereka mendusta-kan aku’.” (QS. Al Mu'minuun, 23: 26) !

Tetapi hidup terus berjalan, anda cemas atau tidak cemas..sedih atau bahagia, the show must go on.






Bagikan/Simpan/Bookmarks