September 25, 2010

Dwilogi : Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas

“Ia adalah lelaki yang baik dengan cinta yang baik. Jika kami duduk di beranda, ayahmu mengambil antip dan memotong kuku-kukuku. Cinta seperti itu akan dibawa perempuan sampai mati”.

Masih ingat dengan Andrea Hirata? TetralogiLaskar Pelangi? Alhamdulilah, artinya Anda masih hidup di Indonesia... Maryamah Karpov merupakan seri terakhir Tetralogi Laskar Pelangi. Namun, Cerita yang tidak tuntas dan mengambang di akhir novel membuat semua penggemar Laskar Pelangi penasaran.

Laskar pelangi sudah selesai ketika sampai trilogi-nya (edensor) meskipun dengan menyisakan nasib lintang dan kisah cinta Ikal dengan A ling. novel keempat dan kelima sebaiknya tidak diharapkan terlalu banyak untuk menyelesaikan trilogi pertama. walaupun pada novel kelima kisah cinta Ikal dan A ling dimunculkan lagi tetapi ada baiknya jika kita menganggap ini adalah sebuah novel yang berlatar belakang budaya melayu belitong saja dengan tokoh-tokoh yang (sebagian) berasal dari tetralogi Laskar Pelangi   tetapi fokusnya bukan lagi laskar pelangi.

Dan, inilah lanjutan kisahnya.. hadir dalam Bundling Novel Dwilogi : Padang Bulan dan Cinta Dalam Gelas.(sebuah terobosan baru dalam dunia novel Indonesia)  Andrea Hirata mengaku menyelesaikan kedua novel barunya itu hanya dalam waktu lima minggu. Tetapi, meskipun menulisnya hanya lima minggu, ia melakukan riset selama dua tahun, loh!



PADANG BULAN menceritakan Enong yang bertekad untuk belajar bahasa Inggris dengan ikut kursus di Tanjong Pandan. Enong tahu, umurnya akan menjadi tantangan paling besar karena dia harus bersaing dengan anak-anak muda.

Sementara itu, Ikal terpukul oleh penolakan ayahnya. Cintanya kepada A Ling sudah bulat, namun ternyata ayahnya menolak mentah-mentah. Sementara, A Ling juga entah di mana. Akibatnya, Ikal merasa otaknya sedikit terganggu dan memutuskan untuk mencari pekerjaan ke Jakarta, menjadi pegawai berseragam yang memiliki uang pensiun seperti yang diinginkan ayah dan ibunya.

Tepat sebelum nakhoda kapal mengangkat sauh, Ikal berubah pikiran. Ada yang belum tuntas ia selesaikan. Ia harus kalahkan Zinar dalam tanding catur!

CINTA DI DALAM GELAS bertutur tentang tugas berat di pundak Ikal. Dia harus membantu Maryamah memenangkan pertandingan catur saat 17 Agustus nanti. Maryamah, yang menyentuh bidak catur saja belum pernah, harus mengalahkan juara catur selama dua tahun berturut-turut yang sekaligus juga mantan suaminya. Namun, lebih dari itu, jenis kelamin Maryamah menjadi tantangan berat untuk bisa mencebur ke dalam pertandingan penuh harkat bagi kaum lelaki ini.

Bagi penonton yang pro maupun kontra, usaha Maryamah jelas sebuah suguhan yang sangat menarik. Begitu pulakah dengan Maryamah?


Berikut Resensi dari blog lippocikarang.wordpress.com :

Jika dikatakan bahwa novel ini (dwilogi Padang Bulan dan Cinta di Dalam Gelas) untuk mejawab rasa penasaran sebagian besar pembaca karena kisah di dalam Maryamah Karpov tidak tuntas memang ada benarnya. Novel kedua yang berjudul Cinta di Dalam Gelas menurutku justeru lebih pantas diberi judul tersebut. Di novel inilah sepak terjang Maryamah digambarkan dengan jelas bukan hanya sekilas seperti dalam Maryamah Karpov


Jika dibandingkan dengan tetralogi sebelumnya, dwilogi ini terasa lebih nakal. Andrea membebaskan dirinya untuk bermain-main dengan bahasa yang lebih berani. Ini bisa dimaklumi mengingat spirit awal penulisan tetralogi Laskar Pelangi adalah sebagi persembahan kepada guru tercinta mereka Bu Muslimah. Sedangkan dwilogi ini sepertinya memanfaakan momentum dan latar Laskar Pelangi sebagai dasar cerita saja sehingga Andrea memiliki sedikit beban moral untuk bersantun dalam bahasa.


Novel ini masih mengusung tema pergulatan seseorang yang tidak kenal menyerah dalam mengatasi kesulitan hidup. Dia yang sudah miskin secara struktural menjadi lebih terhimpit lagi ketika nasib tidak berpihak kepada dirinya. Ketika sandaran hidup mereka justru menginggalkan mereka maka dialah yang harus berjuang untuk melepaskan atau menahan himpitan kemiskinan tersebut.


Hebatnya diantara pergulatan melawan himpitan kemiskinan tersebut dia masih memiliki resolusi hidup atau semacam life list (hal-hal penting yang ingin mereka capai dalam hidup) yang justeru melampaui status/kondisi sosialnya. Bayangkan seorang penambang timah tradisional memiliki keinginan dan kegigihan yang tinggi untuk belajar Bahasa Inggris. Meskipun untuk itu dia harus menempuh jarak sejauh 100 km di akhir pekan ke tempat kursus.


Kesan yang mendalam dan mengaduk-aduk emosi justru kita temukan di awal, Mosaik 1 yang berjudul Lelaki Penyayang. Dari sebuah narasi menggelikan yang membuat kita terkekeh (terutama jika kita pernah menaksir lawan jenis di usia remaja) berakhir dengan tragedi menyedihkan yang mebuat mata kita berkaca-kaca. Kejutan yang seharusnya menjadi saat paling membahagiakan bagi sebuah keluarga sederhana justeru berubah menjadi kejutan akibat malapetaka.


Kisah Enong (nama panggilam Maryamah) saja sebenarnya layak dijadikan tema sentral Padang Bulan. Sementara kisah cinta Ikal dangan A Ling justeru menjadikan novel ini terasa bertele-tele. Nampaknya Andrea hendak memuaskan pembacanya sekaligus. Pertama rasa penasaran pembaca tentang Maryamah. Yang kedua akhir dari kisah cinta Ikal dan A Ling.


Bagi mereka yang belum pernah membaca Laskar Pelangi beberapa bab/mosaik akan terasa membingungkan karena dia memakai alur balik. Beberapa bab/mosaik itu menceritakan saat-saat Ikal masih bersekolah di Sekolah Dasar.


Seperti yang dikatakan Andrea Hirata ini adalah novel kultural yang hendak memotret kehidupan orang Melayu (Belitong). Hal itu tergambar secara sempurna dalam novel kedua Cinta di Dalam Gelas. Orang Melayu yang memiliki budaya lisan sangat tinggi menemukan tempat yang pas untuk “melestarikan” budaya tersebut di warung kopi. Lihatlah bagaimana penasarannya seorang isteri tentang rasa kopi dari warung kopi yang katanya lebih enak dari kopi buatannya. Kemudian diam-diam dia membeli kopi dari warung kopi dan membawanya pulang dengan harapan suaminya tidak ngopi di warung. Tapi apa kata suaminya, kopi tersebut tidak seenak kopi buatan warung kopi.


Di novel kedua inilah Maryamah mendapatkan nama belakang Karpov karena memakai metode pertahanan permainan catur ala Anatoly Karpov. Maryamah memakai permainan catur sebagai medium perlawanan terhadap hegemoni atau kesewenang-wenangan beberapa orang (lelaki) terhadap dirinya di masa lalu. Kesewenang-wenangan yang mengakibatkan trauma berkepanjangan dalam hidupnya. Dengan kemenangan dari permainan catur itulah Maryamah mengusir trauma yang menghantui hidupnya sekian lama.



























Bagikan/Simpan/Bookmarks


September 8, 2010

Puasa adalah "Proses Menjadi"

Tags
Sebuah Catatan Akhir Ramadhan 1431 H

Setelah berpuasa, kita akan kembali pada fitrah kita, menjadi orang yang menang, dan menjadi orang yang taqwa. Kata-kata “menjadi” disini perlu digarisbawahi. Berpuasa sebenarnya adalah proses “Menjadi”.Hal ini berkaitan erat dengan dua jenis orientasi manusia yang digambarkan oleh Psikolog Erich Fromm. Orientasi pertama adalah “Memiliki”, sedangkan orientasi kedua adalah “Menjadi”.

Manusia modern kebanyakan berorientasi “memiliki”. Di sini ukurannya adalah pada kepemilikan benda-benda ; harta, keluarga, pekerjaan, uang, kendaraan, tempat tinggal dan lain sebagainya. Secara gampang dapat dirumuskan menjadi “Saya adalah apa yang saya miliki”.

Orientasi “Menjadi” ukuran kesuksesannya adalah pada seberapa jauh manusia meningkatkan kualitas kemanusiaannya. Karena sifatnya yang sangat internal dan abstrak, orientasi jenis ini sulit dikenali. Secara gampang dapat dirumuskan menjadi “Saya adalah Siapa Saya”

Puasa sebenarnya bukan hanya dilakukan oleh kaum muslimin. Hampir semua agama besar di dunia ini melakukan ibadah puasa, tentu dengan caranya masing-masing. Tujuan utamanya adalah meningkatkan kualitas kemanusiaan. Untuk itu ada 3 proses “Menjadi” yang harus dilalui. Dalam Islam, ketiga proses tersebut adalah Iman, Islam, dan Taqwa. Jika kita gunakan bahasa global yang dapat diterima oleh semua agama, proses “Menjadi” dimulai dari “percaya” kepada Tuhan, kemudian “berserah diri” kepada Tuhan, dan terakhir “Merasakan kehadiran Tuhan”.

Ada banyak definisi Taqwa, tetapi saya lebih berpendapat bahwa taqwa adalah merasakan kehadiran Tuhan dalam keseharian kita. Karena hanya inilah yang dapat melahirkan pribadi yang layak dipercaya dan memiliki integritas yang tinggi.
Coba kita lihat prilaku kita selama berpuasa. Kenapa kita tidak mau minum setetes airpun, padahal tidak ada seorangpun yang tahu? Karena kita sepenuhnya sadar bahwa Tuhan ada bersama kita. Kita tidak akan korupsi, jika kita merasa bahwa Tuhan ada didekat kita.

Tanpa memahami hal ini, perilaku kita akan berubah setelah bulan puasa berakhir. Hal ini persis sama dengan tayangan televisi di Indonesia. Selama bulan puasa, semua artis dan program acaranya tampil sopan, dan religius. Seakan mereka berlomba menunjukkan bahwa dirinyalah yang paling bertaqwa. Namun, seiring berlalunya Ramadhan, tayangan tersebut kembali pada sifatnya yang menghibur, dengan segala cara termasuk mengumbar aurat, tayangan yang tidak mendidik, gosip, dan semua hal yang kebanyakan bertentangan dengan syariat agama. Perilaku seperti ini menunjukkan bahwa pelakunya masih berorientasi “Memiliki”.

Pada saat bulan puasa, anda bersabar ketika antrian anda diserobot orang lain, namun setelah puasa anda balas menyerobot antrian orang lain. Ini berarti anda hanya “Memiliki” kesabaran, namun anda belum berhasil “Menjadi” orang yang sabar.
Anda tidak pernah berbohong pada saat bulan puasa, akan tetapi kembali berbohong pada bulan berikutnya. Itu artinya anda “Memiliki” kejujuran, namun Anda belum “Menjadi” orang yang Jujur.

Inilah perbedaan mendasar antara “Memiliki” dan “Menjadi”.
Puasa yang berhasil adalah yang melahirkan orang yang taqwa, yaitu orang yang telah “Menjadi” taqwa dan tak sekedar “Memiliki” ketaqwaan. Merekalah orang-orang yang “Berpuasa” sepanjang tahun.

Akhir kata, Selamat Idul Fitri 1431 H - Minal Aidin Walfaidzin; Semoga kita termasuk orang-orang yang kembali dan menang - Mohon maaf lahir dan batin.
















Bagikan/Simpan/Bookmarks


September 1, 2010

Love Quotiens

Kecerdasan Cinta...

Kita sudah mengenal Intelegensia Quotiens (IQ), Emotional Quotiens (EQ), dan Sosial Quotiens (SQ), bagaimana dengan Love Quotiens (LQ)???? Mungkin belum pernah ada yang membahasnya..

Kecerdasan bisa diartikan sebagai "kemampuan membuat distingsi-distingsi (perbedaan)". Sedangkan cinta, banyak sekali pengertian dan penjabarannya.

Beberapa bahasa, termasuk bahasa Indonesia atau bahasa Melayu apabila dibandingkan dengan beberapa bahasa mutakhir di Eropa, terlihat lebih banyak kosakatanya dalam mengungkapkan konsep ini. Termasuk juga bahasa Yunani kuno, yang membedakan antara tiga atau lebih konsep: eros, philia, dan agape.

Cinta adalah perasaan simpati yang melibatkan emosi yang mendalam. Menurut Erich Fromm, ada empat syarat untuk mewujudkan cinta kasih, yaitu:

1. Pengenalan
2. Tanggung jawab
3. Perhatian
4. Saling menghormati

Erich Fromm dalam buku larisnya (the art of loving) menyatakan bahwa ke empat gejala: Care, Responsibility, Respect, Knowledge (CRRK), muncul semua secara seimbang dalam pribadi yang mencintai. Omong kosong jika seseorang mengatakan mencintai anak tetapi tak pernah mengasuh dan tak ada tanggungjawab pada si anak.

Sementara tanggungjawab dan pengasuhan tanpa rasa hormat sesungguhnya ; tanpa rasa ingin mengenal lebih dalam akan menjerumuskan para orang tua, guru, rohaniwan dll pada sikap otoriter.

Cinta antar pribadi menunjuk kepada cinta antara manusia. Bentuk ini lebih dari sekedar rasa kesukaan terhadap orang lain. Cinta antar pribadi bisa mencakup hubungan kekasih, hubungan orangtua dengan anak, dan juga persahabatan yang sangat erat.

Beberapa unsur yang sering ada dalam cinta antar pribadi:

  • Afeksi: menghargai orang lain.
  • Altruisme: perhatian non-egois kepada orang lain (yang tentunya sangat jarang kita temui sekarang ini).
  • Reciprocation: cinta yang saling menguntungkan (bukan saling memanfaatkan).
  • Commitment: keinginan untuk mengabadikan cinta, tekad yang kuat dalam suatu hubungan.
  • Keintiman emosional: berbagi emosi dan rasa.
  • Kinship: ikatan keluarga.
  • Passion: Hasrat dan atau nafsu seksual yang cenderung menggebu-gebu.
  • Physical intimacy: berbagi kehidupan erat satu sama lain secara fisik, termasuk di dalamnya hubungan seksual.
  • Self-interest: cinta yang mengharapkan imbalan pribadi, cenderung egois dan ada keinginan untuk memanfaatkan pasangan.
  • Service: keinginan untuk membantu dan atau melayani.
  • Homoseks: Cinta dan atau hasrat seksual pada orang yang berjenis kelamin sama, khususnya bagi pria. Bagi wanita biasa disebut Lesbian (lesbi).
Energi seksual dapat menjadi unsur paling penting dalam menentukan bentuk hubungan. Namun atraksi seksual sering menimbulkan sebuah ikatan baru, keinginan seksual dianggap tidak baik atau tidak sepantasnya dalam beberapa ikatan cinta. Dalam banyak agama dan sistem etik hal ini dianggap salah bila memiliki keinginan seksual kepada keluarga dekat, anak, atau diluar hubungan berkomitmen. Tetapi banyak cara untuk mengungkapkan rasa kasih sayang tanpa seks. Afeksi, keintiman emosi dan hobi yang sama sangat biasa dalam berteman dan saudara di seluruh kehidupan manusia.

Cinta adalah satu perkataan yang mengandungi makna perasaan yang rumit. Bisa di alami semua makhluk. Penggunaan perkataan cinta juga dipengaruhi perkembangan semasa. Perkataan sentiasa berubah arti menurut tanggapan, pemahaman dan penggunaan di dalam keadaan, kedudukan dan generasi masyarakat yang berbeda. Sifat cinta dalam pengertian abad ke 21 mungkin berbeda daripada abad-abad yang lalu. Ungkapan cinta mungkin digunakan untuk meluapkan perasaan seperti berikut:

1. Perasaan terhadap keluarga
2. Perasaan terhadap teman-teman, atau philia
3. Perasaan yang romantis atau juga disebut asmara
4. Perasaan yang hanya merupakan kemahuan, keinginan hawa nafsu atau cinta eros
5. Perasaan sesama atau juga disebut kasih sayang atau agape
6. Perasaan tentang atau terhadap dirinya sendiri, yang disebut narsisisme
7. Perasaan terhadap sebuah konsep tertentu
8. Perasaan terhadap negaranya atau patriotisme
9. Perasaan terhadap bangsa atau nasionalisme

Pengunaan perkataan cinta dalam masyarakat Indonesia dan Malaysia lebih dipengaruhi perkataan love dalam bahasa Inggris. Love digunakan dalam semua amalan dan arti untuk eros, philia, agape dan storge. Namun demikian perkataan-perkataan yang lebih sesuai masih ditemui dalam bahasa serantau dan dijelaskan seperti berikut:

1. Cinta yang lebih cenderung kepada romantis, asmara dan hawa nafsu, eros
2. Sayang yang lebih cenderung kepada teman-teman dan keluarga, philia
3. Kasih yang lebih cenderung kepada keluarga dan Tuhan, agape
4. Semangat nusa yang lebih cenderung kepada patriotisme, nasionalisme dan narsisme, storge

Semoga kita bisa memilih dan menempatkan CINTA pada tempatnya yang sesuai.. kemampuan inilah yang disebut Kecerdasan Cinta.












Bagikan/Simpan/Bookmarks